watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

AKIBAT BERBUAT BAIK

Aku tinggal di salah satu kota di Canada, kira-kira
sudah hampir 6 tahun. Aku tinggal sendiri di
salah satu gedung apartemen dekat down town
area. Kamarnya satu, ada ruang tamu, kitchen,
balcon buat smoking, murah juga. Kadang
teman-teman menginap, meminjam komputer,
karena milikku pentium ii, dan semua software,
games etc aku punya. Jadi mereka betah nginep
di sofa, atau bawa sleeping bed. Also, aku punya
50 inch TV, DVD player, Video, games dan lain-
lain, jadi tempat ini siip. Aku bukan orang yang
berada banget,semua itu hadiah dari saudara-
saudara yang ikut bahagia karena aku bisa
sekolah disini. So, syukurlah.
Mungkin karena apartemen dan barang-barang
electronic di rumahku, aku dikagumi wanita-
wanita orang putih di sini. Dikira aku loaded
banget, alias rich boy. Jadi banyak yang tidak
nolak kalau aku ajak jalan. Bukannya mau show-
off, but aku bisa mendapatkan perempuan yang
aku mau kapan saja, tapi aku nggak mau
perempuan yang mencintaiku karana harta
kekayaanku.
Soal pacaran, aku tidak pernah punya
berlangsung lama, karena aku salah gaul. Tiap-
tiap wanita yang aku pacarin, semuanya mata
duitan. Kalau tidak dibeliin barang ini, atau itu,
marah deh, terus mau putus. Jadi sudah kira-kira
2 tahun aku tidak ada gandengan.
Terus satu hari, aku menang lotre $300. Aku
pergi ngambil duitnya dari salah satu gedung
lotre tersebut dan jalan menuju pulang. Waktu
itu lagi agak dingin, salju lagi turun sedikit-sedikit.
Terus, waktu lagi jalan, tiba-tiba ada suara
“Excuse me, spare some change?” Aku lihat ke
arah kiri, ada dua gadis lagi duduk di lantai depan
Starbucks Cafe sambil tangannya di ulurkan ke
arahku. Yang satu lagi hanya duduk merangkul
kakinya.
“Duh kasihan banget” pikirku. Aku berhenti,
meraba kantong celanaku, dan aku keluarkan 2
helai $5.
“Ini, silakan”, aku bilang.
“Terima kasih Mas”, kata gadis yang memegang
uang.
“Terima kasih kembali” kataku lagi, sambil jalan
pergi. Memang benar, setelah aku memberi
uang tersebut, ada rasa yang hangat dalam hati.
Sesampai di apartemen, aku cari sleeping bag
bekas dan beberapa baju tebel. Tapi saya lupa
kalau semuanya sudah kusumbang ke Salvation
Army beberapa minggu yang lalu. Terus aku
pikir, hmm, sudah mau natalan, teman-teman
pada pulang ke Indonesia, aku nggak ada teman
main…, gimana kalau aku undang saja tu cewek.
Lalu aku pergi ke tempat kedua gadis itu. Tapi
mereka sudah nggak ada lagi. Aku lihat kiri dan
kanan dan ternyata kedua gadis itu ada di depan
McDonald’s, sambil megang kantong buat
memesan makanan. Aku tunggu mereka di
deket Starbucks Cafe, dan sewaktu mereka
melihatku lagi, si gadis yang aku kasih uang tadi
senyum padaku dan bilang “Hi, lagi ngapain
Mas?, Traktir kita dong?” sambil tertawa.
Aku senyum saja “Oke, Nich beli aja”. Si cewek
yang aku kasih duitnya, namanya Lily dan cewek
yang satunya lagi ternyata adiknya, bernama
Lianne. Lily berumur 17 dan Lianne berumur 14.
Mereka datang dari kota lain dengan cara
hitchhike. Aku jongkok dengan mereka, ngobrol-
ngobrol sebentar, sambil nebeng makan kentang
gorengnya yang di tawari Lianne.
Kurang lebih setengah jam kemudian, entah
kemasukan apa, aku ajak mereka ke
apartemenku untuk menginap. Mereka kaget.
Pertamanya sih pada nggak mau, tapi abis aku
yakinkan, bahwa aku tinggal sendirian, tidak ada
teman dan bla bla bla, mereka akhirnya mau
juga.
Sesampai di apartemenku, mereka ber wah..,
wah.., wah. Aku dimintai handuk buat mandi.
Ternyata mereka nggak pakai baju tebal-tebal
banget. Si Lily cuma memakai t-shirt Marilyn
Manson, sweater gap yang kotor dan jaket kulit,
dan Lianne memakai lebih tebal, mungkin karena
diberi sama Lily.
Dua-duanya memang cakep sih, kulitnya putih
banget (habis orang putih sih), nggak tinggi
banget, kira-kira 160 cm. Lily berambut pirang
kotor (dirty-blonde) sebahu, dan Lianne
berambut pirang terang, seleher lebih dikit, agak
berombak. Aku beri 2 pasang t-shirtku dan
beberapa celana pendek milik bekas pacarku.
Mereka masuk ke kamar mandi bersama dan
dan aku cuek-cuek saja, habis adik-kakak. Aku
siapkan hot chocolate dan cookies.
Sehabis mereka keluar dari kamar mandi,
waduh, cantiknya mereka berdua minus make-
up tebal, ikat rambut, dan garis-garis hitam di
muka. Seperti mimpi degh. Belum pernah aku
melihat kecantikan semacam itu. Mungkin di
majalah, dan film, tapi mereka ada didepanku.
Lily memakai t-shirt GAP-ku yang berwarna
putih, tanpa bra, karna aku bisa melihat
putingnya yang pink dengan jelas. Lianne
memakai t-shirt Planet Hollywoodku yang
berwarna putih juga dan without bra.
Setelah itu kita ngobrol-ngobrol sambil minum
hot choco. Lianne orangnya pendiam, tapi
senyum terus. Kalau Lily agak energetic dan
bawel. Sewaktu kita ngobrol-ngobrol, si Lianne
berdiri dan berjalan menuju kulkas.
“Mau Minum Champagne?” tanyanya.
“Boleh”, kataku, “Tapi.., kamu kan masih anak-
anak” kataku sambil tertawa karena aku pikir si
Lianne cuma bercanda.
Dia buka botol champagne tersebut dan
meminumnya sedikit, lalu dia bawa buat
kakaknya, Lily. “Gile, dikirain becanda” pikirku.
Beberapa jam kemudian, ruang tamuku berasa
agak panas, soalnya heaternya rusak. Aku
meminta izin untuk tidur, tapi dipaksa temenin
ngobrol. Aku suruh nonton TV saja, tapi mereka
tidak mau. Kelihatannya sih dua-duanyajuga
sudah agak mabuk, soalnya pipi mereka merah
banget, dan ngomongnya sedikit ngacau.
Terus aku suruh mereka tidur di kamarku yang
queen-sized bed, dan aku tidur di sofa. Mereka
menarikku untuk tidur dengan mereka. Waduh,
rezeki, pikirku.
Aku ikut saja, tiba-tiba mabuk dan puyengku
hilang! hehehehe, mungkin karena pikiran kotor
dan feeling bahwa aku akan score dengan
mereka berdua.
Kita tiduran di ranjangku, terus aku memeluk Lily
karena dia lebih deket dengan tanganku. Aku
menciumnya dan dibalas juga ciumanku.
Tanganku bekerja dari rambutnya, leher, sampai
payudaranya yang lumayan besar buat anak 17
tahun. Kulepas T-shirtnya dengan cepat karna
sudah napsu banget Lama tidak dapat!
Kusedot-sedot dengan kencang puting susunya,
dan Lily merintih rintih Aku melirik ke arah
Lianne, ternyata dia berbaring sambil nontonin
kita. Aku cuek saja dan nerusin plorotin celana
dan celana dalam Lily. Bulu kemaluannyamasih
jarang-jarang dan berwarna pirang juga.
Hmm.., lezat…, sudah lama nggak dapat nih,
pikirku sambil memainkan lidahku di liang
kenikmatannya yang sudah merah. Kumainkan
lidahku di clitorisnya dengan cepat, dan lily
merintih rintih. Rintihannya semakin membuatku
buas. Aku keluarkan teknik cunnilingus yang
diajari teman jepangku, “teknik meminum air”.
Lily meraung raung seperti orang kesetanan,
tangannya menjambak rambutku dan
pinggangnya naik turun. Setelah dia beberapa
kali orgasme, aku cium seluruh tubuhnya
sampai bibirnya. Terus dia berkata “do my
sister”
Aku melihat ke arah Lianne dan dia sudah
telanjang dan bermain dengan klitorisnya. Aku
cium dan sedot payudaranya yang masih belum
matang (maklum 14 tahun), dengan putingnya
yang pink. Lianne menggigit bibir bawahnya,
menahan rasa ekstasi. Pelan-pelan kucium
seluruh tubuhnya sampai ke arah liang
kewanitaannya. Wah, merah dan rapet banget!
rezeki besar. Kumainkan lidahku di liang
kewanitaannya, bermain di clitorisnya. Lianne
merintih-rintih. Aku keluarkan tehnik meminum
airku sampai lianne orgasme dua kali juga.
Kemudian aku berbaring dan kakak-adik itu
menciumi seluruh tubuhku. Aduh, aku merasa
duniaku akan hancur, saking enaknya. Sampai
mereka lepas celana boxerku dan bermain
dengan penis dan bolaku. penisku nggak besar-
besar banget sih, normal buat orang bule! he..,
he.., he.., he.., kira-kira 7 inchi, tebal dan berurat.
Mereka berdua berebut penisku, dan akhirnya
aku menarik Lianne buat duduk di mukaku.
Lianne membuka kakinya dimukaku dan aku
bagai disurga! setelah Lianne orgasme lagi, aku
tidurkan dia di sampingku, dan aku suruh Lily
untuk naik menunggangiku.
Dengan pelan-pelan, Lily naik memasukkan
penisku ke liang kenikmatannya dengan susah.
Setelah kusuruh dia membasahi penisku dengan
ludahnya, akhirnya amblas juga penisku. Setelah
masuk penisku semuanya, pelan-pelan aku naik
turun dan bergerak memutar, sambil memijat-
mijat payudara Lily yang tegak dan kenyal. Aku
pelukLily sambil menghunjam penisku dengan
cepat. Lily berteriak teriak keenakan sambil
cursing. Kusuruh dia berbalik, punggungnya
menghadap dadaku. My favorite position. Aku
naik turun dengan cepat juga sambil aku
menyuruh Lily untuk menggoyangkan
pinggulnya sambil memijit-mijit payudaranya.
Entah berapa kali aku merasakan sesuatu yang
hangat di penisku dan Lily berteriak, “Aahh…
fuck… shit!
Saya rasa dia orgasme sampai 3 kali! Aku jilat
cairan kewanitaannya sampai bersih, terus
pindah ke Lianne. Aku jilat dan basahi lagi liang
kewanitaannya yang masih merah dan
berdenyut-denyut. Aku coba untuk
memasukkan penisku tapi liang senggama
Lianne masih kecil banget. Aku naik ke mulut
Lianne dan menyuruh buat mengisap dan
membasahi penisku. Dengan mata tertutup
setengah sadar, dia melakukannya. Setelah
cukup basah, aku coba lagi. Sempit banget! tapi
senti demi senti masuk semuanya juga Lianne
meraung-raung kesakitan. Aku goyang pelan-
pelan, sambil menyedot puting susunya yang
masih pink dan muda banget, missionary style.
Terus aku menyuruhnya berbalik, doggie style,
tanpa melepas penisku dari liang kewanitaannya.
Aku dorong-dorong, memutar, naik turun
seperti rodeo, sambil memeluk tubuh Lianne
yang meronta-ronta seperti ikan kehabisan air
aku cium rambutnya, menggigit gigit pelan
bahunya dan memainkan jari-jariku di
kelentitnya.
Sekitar 20 menit kemudian, setelah beberapa
gaya dan setelah Lianne orgasme untuk ke entah
berapa kalinya, aku keluar juga. Aku tiduri
mereka berdua side by side dan memuncratkan
spermaku ke muka mereka.
Sehabis itu kita tidur, tapi aku belum puas juga
dengan Lianne yang liang kenikmatannya sangat
rapat. Dengan posisi 69 aku bermain dengan
liang surganya, entah sampai berapa lama.
Besoknya, di meja makan, kita ketawa-tawa dan
bercanda-canda. Tapi malamnya, mereka
bercerita apa yang sebenarnya terjadi pada
mereka. Ternyata mereka di perkosa oleh pacar
ibu mereka, dan mereka lari dari rumah. Selama
5 hari penuh berpesta seks, aku akhirnya
menyuruh mereka untuk telepon pulang. Setelah
lama aku bujuk, akhirnya mereka telepon
pulang. Ibu mereka khawatir sekali dan ingin
mereka pulang segera. Pacar ibunya sudah di
tangkap oleh yang berwenang.
Aku beri $100 buat Lily dan Lianne, untuk uang
saku dan ongkos naik bus. Setelah itu, aku antar
ke Bus Station, dan mereka said bye-bye dengan
ciuman mesra di pipi kiri dan kanan.


Adult | GO HOME | Exit
1/2257
U-ON

inc Powered by Xtgem.com